Lonjakan Stunting Ada di Usia Balita 6-11 Bulan, Begini Cara Antisipasinya

Sunday, 28 January 2024
Lonjakan Stunting Ada di Usia Balita 6-11 Bulan, Begini Cara Antisipasinya
Lonjakan Stunting Ada di Usia Balita 6-11 Bulan, Begini Cara Antisipasinya

indonesiatoday.co.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan upaya pencegahan stunting mesti dilakukan pada balita setelah masa kelahiran, terutama saat bayi berusia 6-11 bulan dan 12-23 bulan. Salah satu tips yang dilakukan adalah tidak hanya dengan memberi ASI, tetapi juga Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Kemenkes dan Anak Lovely Daisy mengatakan, terjadi lonjakan stunting hingga 1,6 kali lipat, yakni 13,7 persen saat anak berusia 6-11 bulan dan 22,4 persen saat anak berusia 12-23 bulan. 
 
“Kalau kita ingin menurunkan stunting, upaya pencegahan pada fase ini harus diperkuat. Saat usia 6 bulan ini, saatnya bayi mendapatkan Makanan Pendamping ASI karena ASI saja sudah tidak cukup," ujarnya kepada wartawan, Jumat (26/1).
 
 
"Jadi, MPASI ini untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi-bayi kita,” sambung Lovely. 
 
Ia pun menekankan, salah satu zat gizi yang harus ada dalam pemberian MPASI adalah protein hewani seperti daging, ikan, ayam, dan telur. Pangan hewani mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap, kaya protein, dan vitamin yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. 
 
“Protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap yang dapat membantu untuk pertumbuhan,” ungkapnya.
 
Hal ini diperkuat dengan riset di 49 negara pada 130.432 anak berusia 6-23 bulan yang menunjukkan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani. 
 
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani yang beragam terbukti dapat menurunkan risiko terjadi stunting dibandingkan hanya konsumsi satu jenis makanan sumber protein hewani. 
 
Selain itu, riset di Jakarta Pusat, DKI Jakarta, mengenai pola konsumsi pada anak usia 25-30 bulan baik yang berstatus stunting maupun normal menemukan bahwa anak yang mengonsumsi makanan rendah energi dan protein memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami stunting. 
 
“Di sini, yang penting adalah konsumsi makanannya harus diperhatikan, mencukupi kebutuhan untuk mendukung pertumbuhannya,” pungkas Lovely.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: jawapos.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini