Hadiri World Economic Forum 2024, Direktur Utama BRI Sunarso Ungkap Peran Holding Ultra Mikro Dorong Pertumbuhan Inklusif

Wednesday, 17 January 2024
Hadiri World Economic Forum 2024, Direktur Utama BRI Sunarso Ungkap Peran Holding Ultra Mikro Dorong Pertumbuhan Inklusif
Hadiri World Economic Forum 2024, Direktur Utama BRI Sunarso Ungkap Peran Holding Ultra Mikro Dorong Pertumbuhan Inklusif

DAVOS, indonesiatoday.co.id – Direktur Utama BRI Sunarso hadir dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2024 yang diadakan di Davos, Swiss pada tanggal 15-19 Januari 2024.

WEF tahun ini mengusung tema “Rebuilding Trust” dengan empat agenda prioritas yakni terkait keamanan dunia (Achieving Cooperation and Security in a Fractured World).

Kemudian, penciptaan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja (Creating Growth and Jobs for New Era).

Lalu, penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk mendorong ekonomi Masyarakat, serta tema keberlanjutan terkait perubahan iklim, alam dan energi (A Long Term Strategy for Climate, Nature and Energy).

Baca Juga: Presiden Jokowi Berharap Masjid Negara yang Indah di IKN Jadi Contoh Pembangunan Masjid di Dunia

Sunarso mengungkapkan, dari empat agenda tersebut, tiga topik di antaranya sejalan dengan apa yang selama ini BRI lakukan,

Di antaranya creating growth & jobs, penggunaan AI, dan strategy for climate, nature and energy.

Namun kali ini Sunarso akan lebih fokus membahas satu tema yang sangat relate dan relevan dengan BRI dalam kaitannya pemberdayaan UMKM yakni tema 'creating growth and jobs for new era'.

Baca Juga: Survei Mengatakan Gen Z Malu Memiliki Ponsel Android, Takut Merasa Dikucilkan dalam Pertemanan, Benarkah?

Melanjutkan penjelasannya, Sunarso mengungkapkan bahwa sesuai kajian Bappenas (2023), dalam dua dekade ke depan, tepatnya pada 2045 Indonesia akan mencapai usia emas 100 tahun.

Pada 2041, Indonesia diperkirakan dapat menjadi negara berpendapatan tinggi (high income), dengan syarat rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.

Namun demikian, sesuai dengan yang diungkapkan LPEM FEB UI (2023), karena kondisi perekonomian global yang kurang mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5% per tahun.

Baca Juga: Truk Terperosok di Saluran Air Kuripan-Karangawen Demak, Lalu Lintas Merayap Lambat

Lalu, pertumbuhan kredit nasional pun tidak lebih dari 15%, dan tingkat kemiskinan ekstrem persisten di angka 1,7%.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Sunarso menegaskan diperlukan mesin pertumbuhan ekonomi baru agar Indonesia dapat tumbuh lebih cepat yang bersifat inklusif.

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: suaramerdeka.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini