indonesiatoday.co.id - Shalat merupakan ibadah yang mulia di mana Nabi Muhammad SAW menerimanya langsung dari Sang Pencipta tanpa melalui perantara malaikat Jibril.

Melalui shalat, terjadi suatu "pertemuan" intim antara makhluk ciptaan dan Sang Pencipta. Bagi mereka yang menginginkan keselamatan di dunia dan akhirat, shalat menjadi kewajiban yang harus dijaga sepanjang hidup.

Hal ini dikarenakan shalat akan menjadi amalan yang pertama kali dihisab di akhirat kelak.

Ini menunjukkan bahwa sholat adalah aspek penentu seorang itu muslim atau tidak. Dan karena begitu pentingnya sholat, ia tidak boleh menjadi bahan candaan dalam kondisi apapun.

Belum lama inii tersiar video viral berisi seorang Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, Zulkifli Hasan dalam sambutannya di acara Rakernas Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di Semarang (19/12), menyatakan bahwa di suatu daerah, orang orang bila setelah imam sholat membaca surat Al Fatihah, mulai banyak yang tidak mengaminkan dan hanya diam saja. 

Selain itu, pada saat tahiat akhir, banyak yang sholat tidak menunjukkan satu jari sebagai makna ketauhidan tetapi malah mengacungkan dua jari. 

Berikut pernyataan lebih jelasnya:

"Saya keliling daerah Pak Kiayi, Sini aman, Jakarta gak ada masalah, yang jauh-jauh ada lho yang berubah. Jadi kalau shalat Maghrib baca, "waladholin....," Al Fatihah. baca "waladholin. Ada yang dieum sekarang pak. Lho kok lain. ada yang diem, sekarang banyak, saking cintanya sama pak Prabowo itu. itu kalau tahiyatul akhir, awalnya gini (menunjukkan jari telunjuk), sekarang jadi gini (menunjukkan dua jari, telunjuk dan tengah). (Zulkifli Hasan, 19/12)

Ketika ritual ibadah shalat ini diabaikan atau dilecehkan dengan alasan apapun, maka perbuatan tersebut masuk ke dalam ranah penodaan agama.

Baca Juga: Dinkes Kota Bandung Akan Vaksin Nakes Antisipasi Peningkatan Covid-19

Bahkan, Pasal 156a KUHP telah menyatakan bahwa tindakan yang memiliki sifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia dianggap sebagai tindakan pidana.

Oleh karena itu, pernyataan Menperindag yang menceritakan perilaku sholat untuk bercana dapat masuk ke dalam ranah yang sama.

"Meskipun ada argumen yang menyatakan bahwa Menperindag Zulhas tersebut hanya bercerita mengenai keadaan di suatu daerah, namun tidak perlu untuk menyampaikan hal tersebut di ranah publik sehingga menjadi viral seperti yang terjadi sekarang ini. Sebagai seorang menteri atau tokoh publik di negara ini, menjaga lisan adalah suatu kewajiban karena mereka bertindak sebagai pelayan masyarakat dan bukan sebagai tim sukses paslon capres tertentu," ujar Mang Gana, Rabu (20/12/23). 

"Dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat, seorang mentri atau tokoh publik harus membawa pesan-pesan yang bermanfaat dan membantu masyarakat dalam beribadah kepada Sang Pencipta. Mereka harus menjadi contoh bagi masyarakat dengan mengutamakan ibadah shalat sebagai perbuatan baik yang harus dijaga. Dengan begitu, masyarakat akan terinspirasi dan termotivasi untuk menjalankan shalat dengan baik dan benar," ungkapnya. 

Mang Gana menuturkan bahwa dalam pertemuan di rakernas tersebut, Zulkifli Hasan adalah pejabat Mendag bukanlah menteri agama sehingga pembahasan ibadah sholat tidak relevansi dengan rakernas tersebut, kecuali bila menuturkan bahwa bila berdagang, pada saat adzan shalat tiba, silakan berhenti agar bisa beribadah terlebih dahulu, bukan mencandai ibadah ritual sholat yang bisa memicu persinggungan di umat muslim nantinya. 

"Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, penting bagi kita semua untuk menjaga dan menghormati nilai-nilai agama yang dianut di Indonesia. Salat bukan hanya sekedar ritual formal, tetapi merupakan bentuk pengabdian yang memiliki makna mendalam bagi umat Muslim," kata mang Gana. 

"Sebagai individu, kita dapat berperan dalam menjaga dan menyebarkan kesadaran akan pentingnya tidak menyinggung SARA dalam berpernyataan," paparnya. 


Mang Gana mengingatkan terlepas dari beliau sebagai ketua umum PAN, mitra Partai Gerindra yang mengusung Prabowo sebagai capres, tetap saja tidak ada kaitan politik yang relevan dimana sholat dijadikan sebagai bahan candaan, untuk memuji-muji Prabowo. ***