Electrolux Tutup Kantor Regional di Singapura dan PHK Sejumlah Karyawan, Perusahaan Masih Terus Merugi

Saturday, 3 February 2024
Electrolux Tutup Kantor Regional di Singapura dan PHK Sejumlah Karyawan, Perusahaan Masih Terus Merugi
Electrolux Tutup Kantor Regional di Singapura dan PHK Sejumlah Karyawan, Perusahaan Masih Terus Merugi

BISNIS PEKANBARU - Produsen peralatan rumah tangga asal Swedia, Electrolux, menutup kantor regionalnya di Rochester Road di Singapura dan memberhentikan sejumlah karyawannya.

Perusahaan tersebut mengatakan pada hari Jumat, 2 Februari 2024, bahwa tim kepemimpinan komersial Asia-Pasifik (APAC) dan Timur Tengah dan Afrika (MEA) juga akan pindah ke Bangkok.

“Dengan pendirian komersial baru untuk APAC dan MEA, Australia dan Thailand menjadi pusat utama bagi Electrolux Group di kawasan ini,” kata Samar Refai, direktur komunikasi Electrolux untuk kedua kawasan tersebut.

“Langkah ini untuk memastikan kedekatan kami dengan para pelanggan, konsumen, lokasi manufaktur, penelitian dan pengembangan, dan pusat inovasi,” sambungnya seperti dilansir Channel News Asia.

Baca Juga: ITB Akui Kekhilafan dan Meminta Maaf Atas Kontroversi Biaya Pendidikan

Dia tidak berkomentar berapa banyak karyawan di Singapura yang akan di-PHK.“Mereka yang terkena dampak diberikan dukungan maksimal selama masa transisi mendatang dan diperlakukan dengan sangat hormat,” kata Refai.

Dia menambahkan bahwa tidak ada rincian lebih lanjut yang akan diberikan mengenai sifat perjanjian bersama dengan karyawan yang terkena dampak.

Langkah ini tidak akan mempengaruhi kantor penjualan Singapura di Braddell. “Keputusan tersebut tidak berdampak apa pun terhadap operasional bisnis dan hubungan dagang di pasar Electrolux Group mana pun di APAC dan MEA,” tambah juru bicara tersebut.

Serikat Pekerja Manual dan Mercantile Singapura menyatakan siap untuk membimbing dan mendukung setiap karyawan yang diberhentikan oleh Electrolux.

Baca Juga: Ivan Gunawan Akan Memberikan Hak Suara di Paris

Dalam laporan pendapatannya pada hari Jumat, Electrolux mengatakan kerugian bersihnya meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2023 karena melonjaknya inflasi, suku bunga yang lebih tinggi, dan ketegangan geopolitik yang membebani konsumen.

Kepala eksekutif perusahaan Jonas Samuelson mengatakan bahwa tahun 2023 "terbukti menjadi tahun yang penuh tantangan" karena kerugiannya melebar hingga 5,2 miliar kronor (US$500 juta).

Pada pertengahan Januari, perusahaan menerbitkan peringatan laba untuk kuartal keempat menjelang laporan pendapatan, dengan alasan biaya tinggi, persaingan harga yang semakin ketat, dan lemahnya permintaan di Amerika Utara.

Untuk kuartal keempat, Electrolux melaporkan kerugian bersih sebesar 4,1 miliar kronor, lebih dari dua kali lipat kerugian sebesar 1,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya dan lebih buruk dari ekspektasi analis yang memperkirakan kerugian bersih sebesar 2,3 miliar kronor, menurut survei Bloomberg.

Baca Juga: Kisah Sukses Bisnis Ayam Goreng Nelongso, Mulai Dari Kebakaran Hingga Mampu Melantai di Bursa Efek Indonesia

“Sungguh mengecewakan bahwa penghematan biaya yang signifikan yang kami sadari di Amerika Utara tidak terlihat pada keuntungan namun malah dikonsumsi oleh aktivitas promosi industri yang tinggi,” kata Samuelson.

Menurut survei Bloomberg, untuk tahun ini, Electrolux melaporkan penjualan bersih sebesar 134,5 miliar kronor, hampir menyamai 134,9 miliar kronor yang tercatat pada tahun 2022, dan sejalan dengan ekspektasi analis.

Electrolux mengalami booming selama pandemi COVID-19 ketika konsumen yang tinggal di rumah beranai-ramai membeli peralatan pembersih dan penyegar udara yang dikeluarkan Electrolux.

Baca Juga: China Berhasil Catat Rekor Baru Kecepatan Untuk Proyek Kereta Hyperloop Ultra Cepat

Namun perusahaan tersebut kemudian dilanda gangguan rantai pasokan dan kini kesulitan beradaptasi dengan permintaan yang lebih lemah.

Pada bulan Oktober tahun lalu, mereka mengumumkan rencana untuk memangkas sekitar 3.000 pekerjaan, yang menyusul pengumuman tahun sebelumnya bahwa mereka akan memangkas 4.000 pekerjaan, terutama di Amerika Utara.***

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bisnispekanbaru.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini