Anies Baswedan Terlambat Menjadi Presiden, Figur yang Dibutuhkan Dunia

Thursday, 1 February 2024
Anies Baswedan Terlambat Menjadi Presiden, Figur yang Dibutuhkan Dunia
Anies Baswedan Terlambat Menjadi Presiden, Figur yang Dibutuhkan Dunia

POROJAKARTA.COM - Pengamat politik internasional, Teguh Santosa, mengungkapkan pandangannya yang tajam terkait potensi kepemimpinan Anies Baswedan sebagai seorang presiden.

Menurutnya, Anies sebenarnya terlambat memasuki panggung presidensi, meskipun secara faktual tidak ada kata terlambat.

Pernyataan ini disampaikan Teguh Santosa dalam acara peluncuran buku "Anies Baswedan The Rising Star" karya Samsul Muarif di Markas Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas Amin), Jalan Diponegoro 10, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 29 Januari 2024.

Baca Juga: Inilah 40 Kota Baru yang Akan Dibangun Anies Baswedan untuk Menyokong Pertumbuhan Ekonomi Merata

Teguh berandai-andai jika Anies Baswedan telah menjadi presiden sejak tahun 2019, menilai bahwa situasi geopolitik dunia mungkin saja berbeda.

Ia menyebutkan contoh Ukraina yang tidak diserang oleh Rusia atau peran Indonesia dalam menyatukan Iran dan Arab Saudi.

Menurut Teguh, Anies Baswedan memiliki kualifikasi yang dibutuhkan sebagai pemimpin dunia saat ini, terutama sebagai pemain tengah.

Keikutsertaannya dalam daftar 100 intelektual publik dunia menjadi salah satu dasar pandangan tersebut.\

"Kalau sekarang Indonesia jadi pemimpin G-20 atau ASEAN itu hanya giliran. Baru hebat misalnya kalau pertemuan dialog Kim Jong-un dan Donald Trump terjadi di Indonesia," kata Teguh.

Baca Juga: Jika Jadi RI 1, Anies Siap Kembangkan Chinatown Glodok

Teguh juga menekankan pentingnya karakter dan rekam jejak bagi seorang pemimpin di tengah dinamika geopolitik saat ini.

Menurutnya, dunia membutuhkan sosok yang memiliki karakter kuat dan mampu berada di posisi tengah dalam situasi yang kompleks.

Sebagai Dosen Hubungan Luar Negeri Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa menyampaikan pemikirannya bahwa Presiden Indonesia ke depan haruslah sosok yang tidak "kaleng-kaleng" dan memiliki nilai serta rekam jejak yang mumpuni.(*)

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: porosjakarta.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini