Tragedi Food Estate Sumatera Utara! 80 Persen Lahan Terlantar, Petani Menderita

Saturday, 3 February 2024
Tragedi Food Estate Sumatera Utara! 80 Persen Lahan Terlantar, Petani Menderita
Tragedi Food Estate Sumatera Utara! 80 Persen Lahan Terlantar, Petani Menderita

indonesiatoday.co.id - Direktur Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) Delima Silalahi merinci dengan lebih mendalam dampak tragis yang diakibatkan oleh kegagalan Food Estate di Sumatera Utara.

Baca Juga: Pantas Tol Binjai-Langsa Seksi Kuala Bingai Langsung Jadi Primadona, Jalan-jalan dari Medan ke Sini Awalnya 2 Jam Sekarang Jadi 30 Menit Saja 

Dari laporan kunjungan rutinnya ke lokasi, Delima menggambarkan kondisi suram di Kabupaten Humbang Hasundutan, tempat Desa Siria-Ria di Kecamatan Pollung menjadi saksi bisu kegagalan proyek tersebut.

"Kondisinya, menurut kami gagal karena dari penanam pertama 215 hektare. Sekarang yang dikelola hanya sekitar 10 persen atau 20 hektare," ungkapnya.

Artinya, sekitar 80 hingga 90 persen lahan Food Estate itu terlantar, ditumbuhi ilalang liar, menjadi gambaran tragis dari harapan yang pupus bagi petani dan masyarakat setempat.

Baca Juga: Pernah jadi Lokasi Syuting Film Onde Mande, 3 Destinasi Wisata di Sumatera Barat ini Wajib Masuk Bucket List Liburan Kamu

Lahan yang masih ditanami menghadapi beragam tantangan, dari petani yang berusaha mandiri dengan modal sendiri hingga yang menjalin mitra dengan perusahaan.

Skema kemitraan dengan perusahaan, seperti Taipei Economic and Trade Office (TETO) asal Taiwan, memberikan insight lebih jauh tentang kompleksitas masalah.

"Tapi ini belum menanam, masih kontrak dengan status sewa-menyewa," kata Delima.

Baca Juga: Persiraja Satu Langkah Menuju Semi Final, Achmad Zulkifli: Kami akan Buktikan

Dia menyebutkan PT Champ yang mengelola sekitar 5 hektare lahan Food Estate dan kerjasama dengan PT Indofood di lahan kentang, tetapi banyak perusahaan lain yang tidak bertahan dengan kondisi sulit di sana.

Yang lebih mengkhawatirkan, sistem kemitraan ini tidak memberikan keuntungan ekonomis bagi petani.

Warga mengeluhkan tentang kurangnya transparansi dalam kontrak, dengan perusahaan-perusahaan sering kali tidak memberikan informasi yang akurat tentang hasil panen.

Baca Juga: Peresmian Jembatan Sahbirin Noor: Gubernur Kalsel Mengguncang Ekonomi, Masyarakat Bersorak Bahagia!

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianhaluan.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini