Gempa Bumi di Jepang Diperkirakan Merugikan Perusahaan Asuransi Hingga USD 8,5 Miliar

Saturday, 6 January 2024
Gempa Bumi di Jepang Diperkirakan Merugikan Perusahaan Asuransi Hingga USD 8,5 Miliar
Gempa Bumi di Jepang Diperkirakan Merugikan Perusahaan Asuransi Hingga USD 8,5 Miliar

BISNIS PEKANBARU - Kerugian yang diasuransikan akibat gempa bumi dahsyat di Jepang bisa mencapai US$6,4 miliar (S$8,5 miliar) akibat gempa bumi magnitudo 7,6 di Semenanjung Noto pada awal tahun baru.

Data ini dilaporkan menurut perkiraan dari perusahaan pemodelan bencana yang berbasis di AS, Karen Clark & ​​Co (KCC).

Menurut KCC, kerugian dari properti residensial mencapai lebih dari dua pertiga dari total kerugian, karena sebagian besar bangunan komersial dan industri di kota-kota yang terkena dampak gempa lebih tahan gempa karena konstruksinya didominasi baja.

Baca Juga: Produk Pepsico Ditarik dari Toko Carrefour Imbas Kenaikan Harga yang Tidak Dapat Diterima

Gempa tersebut melanda semenanjung Noto di bagian barat Jepang pada sore hari Tahun Baru, meratakan rumah-rumah, memicu tsunami dan memutus komunitas-komunitas terpencil.

Jumlah korban tewas akibat bencana tersebut mendekati 100 orang, dan Amerika Serikat pada hari Jumat mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan dukungan dan bantuan logistik militer.

Tak hanya merugikan perusahaan asuransi, Toyota Motor Corp. juga telah mengumumkan bahwa mereka tidak dapat memulai produksi kendaraan tahun ini di Jepang.

Baca Juga: Istora Senayan Terpilih Menjadi Tempat Debat Presiden yang ketiga

Perusahaan otomotif Toyota Motor Corp sejatinya akan untuk memulai produksi pada Senin (1/1), tetapi rencana tersebut dibatalkan setelah gempa di Jepang bagian tengah, kata Presiden Koji Sato kepada wartawan di Tokyo.

Mereka akan memutuskan waktu pelaksanaannya pada hari Minggu. Dikabarkannya juga bahwa 10 dealer di Prefektur Ishikawa yang terkena dampak gempa tidak dapat beroperasi.

Perusahaan otomotif ini, yang berencana mengirim barang bantuan darurat seperti air dan kendaraan segala medan ke daerah yang terkena dampak gempa, telah menghadapi serangkaian masalah produksi dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Guru Musik Divonis 20 Tahun Penjara Atas Pembunuhan Seorang Mahasiswa Ubaya

Perusahaan tersebut menghentikan sebagian produksi domestiknya di Jepang selama 10 hari pada Oktober tahun lalu setelah ledakan di pabrik salah satu pemasoknya yang menyebabkan kekurangan suku cadang.

Pada Maret 2022, serangan siber terhadap pemasok lain mengakibatkan berhentinya produksi di semua pabriknya di Jepang.***

 

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: bisnispekanbaru.com

Komentar

Artikel Terkait

Terkini